Sepi hati, sepinya diri
Berwaktu-waktu memaksakan diri
Bertahan pada mimpi yang tak lagi memiliki hati
Sebaiknya memang aku tak perlu lagi peduli
Pada tanggung jawab
Dan semua cerita usang ini
Hingga hidup tak lagi sunyi...
(Jakarta, 06:51 PM, 26 Desember 2004)
sebuah pencarian akan makna-makna dari perjalanan hidup yang terkadang rumit serta melelahkan
Monday, December 27, 2004
Terkadang
Terkadang aku rindu padamu
Ketika sepi yang serta merta membungkus
Ketika hastrat yang sesak menjadi hampa
Dan kau mengisinya dengan mimpi-mimpi dari masa lalu
Terkadang aku begitu merindunya padamu
Kepadamu yang selalu kutinggal pergi
Tinggal bersama cita-cita tentang kita
Yang tak pernah mampu kujalani
(Tj. Duren, 06:36 PM, 26 Desember 2004)
Terkadang aku rindu padamu
Ketika sepi yang serta merta membungkus
Ketika hastrat yang sesak menjadi hampa
Dan kau mengisinya dengan mimpi-mimpi dari masa lalu
Terkadang aku begitu merindunya padamu
Kepadamu yang selalu kutinggal pergi
Tinggal bersama cita-cita tentang kita
Yang tak pernah mampu kujalani
(Tj. Duren, 06:36 PM, 26 Desember 2004)
Thursday, December 23, 2004
Pelita hati
Yang seketika meredup Ketika badai menjelang
Ketika hidup yang semakin suram
Dan langkah yang tersurut Untuk kemudian terhenti
Lalu mati...
(Tj. Duren, 07:06 AM, 23 Desember 2004)
Yang seketika meredup Ketika badai menjelang
Ketika hidup yang semakin suram
Dan langkah yang tersurut Untuk kemudian terhenti
Lalu mati...
(Tj. Duren, 07:06 AM, 23 Desember 2004)
Ada saatnya kita harus mati
Tapi tidak bunuh diri...
(Tj. Duren, 07:00, 23 Desember 2004)
Tapi tidak bunuh diri...
(Tj. Duren, 07:00, 23 Desember 2004)
Wednesday, November 17, 2004
Tidak Seperti Ini
Kita seperti orang gila
yang berteriak marah, yang menangis tersedu
Yang memaki-maki pada telepon
Aku disini lalu engkau beratus kilometer disana
Dan itu tak cukup untuk bisa memahami kondisi
Untuk bisa membuat sebuah penilaian
Bahwa kita adalah hati yang saling menzalimi
Hanya suara yang terhantarkan
Suara yang hinggap sebentar ditelinga
Untuk kemudian hilang terbawa angin
Yang menjadi kabar yang kabur
Yang menjadi kecurigaan yang berlebihan
Kita hanya membutuhkan sebuah pertemuan
Lalu melihat dengan mata, untuk kemudian tersimpan dihati
Bukan seperti ini, perdebatan yang tak berujung...
(Lembang, 11:06 PM, 16 November 2004)
Kita seperti orang gila
yang berteriak marah, yang menangis tersedu
Yang memaki-maki pada telepon
Aku disini lalu engkau beratus kilometer disana
Dan itu tak cukup untuk bisa memahami kondisi
Untuk bisa membuat sebuah penilaian
Bahwa kita adalah hati yang saling menzalimi
Hanya suara yang terhantarkan
Suara yang hinggap sebentar ditelinga
Untuk kemudian hilang terbawa angin
Yang menjadi kabar yang kabur
Yang menjadi kecurigaan yang berlebihan
Kita hanya membutuhkan sebuah pertemuan
Lalu melihat dengan mata, untuk kemudian tersimpan dihati
Bukan seperti ini, perdebatan yang tak berujung...
(Lembang, 11:06 PM, 16 November 2004)
Tuesday, November 16, 2004
Aku lelah menjadi seperti ini
Meniti waktu menuju mimpi-mimpi yang semu
Menyangkal realitas memanipulasi diri
Memakai topeng-topeng melakoni cerita demi cerita
Dalam drama yang menyesakkan hati...
(Tj. Duren, 09:45, 15 November 2005)
Meniti waktu menuju mimpi-mimpi yang semu
Menyangkal realitas memanipulasi diri
Memakai topeng-topeng melakoni cerita demi cerita
Dalam drama yang menyesakkan hati...
(Tj. Duren, 09:45, 15 November 2005)
Tuesday, November 09, 2004
Jangan Pernah Meragukan Kesetiaanku
Jangan pernah meragukan kesetiaanku
Karena aku adalah totalitas yang tak pernah mengenal jemu
Tidak juga hanya pada hati, namun hari yang menjadi hari yang akan kita lewati
Akan selalu kubangun menjadi cerita tentang bunga yang merekah
Tentang wanginya, tentang kita yang takkan terbantahkan
Jangan pernah meragukan kesetiaanku
Namun tanyakan pada hatimu, Seperti apa kau memaknaiku..
(Cimahi, 11:01, 08 November 2004)
Jangan pernah meragukan kesetiaanku
Karena aku adalah totalitas yang tak pernah mengenal jemu
Tidak juga hanya pada hati, namun hari yang menjadi hari yang akan kita lewati
Akan selalu kubangun menjadi cerita tentang bunga yang merekah
Tentang wanginya, tentang kita yang takkan terbantahkan
Jangan pernah meragukan kesetiaanku
Namun tanyakan pada hatimu, Seperti apa kau memaknaiku..
(Cimahi, 11:01, 08 November 2004)
Friday, November 05, 2004
Tentang Kau
Tentang kau
Yang terkadang datang mengendap
Menyelinap mengusik lamunku
Membawa cerita-cerita yang tak pernah kau tuntaskan
Tentang kau
Yang berkeluh kesah kala temaram
Tentang diri yang tak terdefinisikan
Tentang hastrat yang tak berkesudahan
Tentang kau
Yang selalu pergi menuju badai
Ketika waktu telah menjadi harapan
Meninggalkan mimpi tanpa kejelasan
Tentang kau
Dan aku yang terpaksa untuk mengerti..
(Tj. Duren, 09:57 PM, 04 N0vember 2004)
Tentang kau
Yang terkadang datang mengendap
Menyelinap mengusik lamunku
Membawa cerita-cerita yang tak pernah kau tuntaskan
Tentang kau
Yang berkeluh kesah kala temaram
Tentang diri yang tak terdefinisikan
Tentang hastrat yang tak berkesudahan
Tentang kau
Yang selalu pergi menuju badai
Ketika waktu telah menjadi harapan
Meninggalkan mimpi tanpa kejelasan
Tentang kau
Dan aku yang terpaksa untuk mengerti..
(Tj. Duren, 09:57 PM, 04 N0vember 2004)
Monday, November 01, 2004
Saatnya Berhenti Sejenak
Saatnya kita berhenti sejenak
Setelah berwaktu-waktu mengarungi gejolak
Menyusuri hari demi hari dengan keresahan hati, hatinya kita
Saatnya kita mengurai cerita menjadi cerita tentang kita
Mencari jawab pada tanya
Memupuk harapan yang selalu kita taburi ditiap langkah kita
saatnya kita bertanya pada hati
Tentang kita, Tentang perjalanan kita
Tentang kebersamaan yang berusaha kita jadikan abadi
Saatnya kita berhenti sejenak
Untuk kemudian menuai hari kembali
(Cimahi, 03:09 AM, 01 November 2004)
Saatnya kita berhenti sejenak
Setelah berwaktu-waktu mengarungi gejolak
Menyusuri hari demi hari dengan keresahan hati, hatinya kita
Saatnya kita mengurai cerita menjadi cerita tentang kita
Mencari jawab pada tanya
Memupuk harapan yang selalu kita taburi ditiap langkah kita
saatnya kita bertanya pada hati
Tentang kita, Tentang perjalanan kita
Tentang kebersamaan yang berusaha kita jadikan abadi
Saatnya kita berhenti sejenak
Untuk kemudian menuai hari kembali
(Cimahi, 03:09 AM, 01 November 2004)
Mengingatmu
Mengingatmu adalah tentang senyum yang menjadi damai
Yang meningkahi hidup menjadi cerita-cerita
Tentang jiwa, tentang hati kita
Tentang kepolosan pada makna
Pada waktu yang tersendiri
Pada saat kita menjadi sembunyi-sembunyi
Mengingatmu adalah tentang kerinduan yang tak terelakkan
Ketika lelah mensiasati kehidupan
Ketika kita menjadi terlarang
(Tj. Duren, 08:24 PM, 31 Oktober 2004)
Mengingatmu adalah tentang senyum yang menjadi damai
Yang meningkahi hidup menjadi cerita-cerita
Tentang jiwa, tentang hati kita
Tentang kepolosan pada makna
Pada waktu yang tersendiri
Pada saat kita menjadi sembunyi-sembunyi
Mengingatmu adalah tentang kerinduan yang tak terelakkan
Ketika lelah mensiasati kehidupan
Ketika kita menjadi terlarang
(Tj. Duren, 08:24 PM, 31 Oktober 2004)
Monday, October 25, 2004
Izinkan Aku Menjadi Buta Dan Tuli
Lebih baik aku menjadi buta dan tuli
Hingga suatu saat aku takkan melihat rumit parasmu ketika kau menemukan realitas yang tak pernah kau inginkan
Hingga aku takkan mendengar parau keluh kesahmu menolak kenyataan yang telah berjalan
Biarkan aku membunuh diriku sendiri
Lalu hidup untuk terbunuh kembali
Ketika bayangmu yang takkan mampu ku tolak hadirnya mengadiliku dengan caraku sendiri
Biarkan aku sendiri
Merangkai isak menjadi tangis
Dan menghitung tiap-tiap tetesnya sendiri
Hingga akhir masaku
Izinkan aku menjadi buta dan tuli
Lalu sendiri dan pergi...
(Depok, 05:00 AM, 25 Oktober 2004)
Lebih baik aku menjadi buta dan tuli
Hingga suatu saat aku takkan melihat rumit parasmu ketika kau menemukan realitas yang tak pernah kau inginkan
Hingga aku takkan mendengar parau keluh kesahmu menolak kenyataan yang telah berjalan
Biarkan aku membunuh diriku sendiri
Lalu hidup untuk terbunuh kembali
Ketika bayangmu yang takkan mampu ku tolak hadirnya mengadiliku dengan caraku sendiri
Biarkan aku sendiri
Merangkai isak menjadi tangis
Dan menghitung tiap-tiap tetesnya sendiri
Hingga akhir masaku
Izinkan aku menjadi buta dan tuli
Lalu sendiri dan pergi...
(Depok, 05:00 AM, 25 Oktober 2004)
Sunday, October 24, 2004
Seperti Ketika
Seperti ketika pesonamu yang menyergapku
Mencabik-cabik kebisuanku dalam gelora yang terus kau nyalakan
Telah menjadi gairah yang tak mampu kupadamkan
Yang terus berkobar menggapai hastrat
Semoga tak ada penyesalan pada waktu yang pasti membawa kita menjadi arang...
(Depok, 01:19 AM, 24 Oktober 2004)
Seperti ketika pesonamu yang menyergapku
Mencabik-cabik kebisuanku dalam gelora yang terus kau nyalakan
Telah menjadi gairah yang tak mampu kupadamkan
Yang terus berkobar menggapai hastrat
Semoga tak ada penyesalan pada waktu yang pasti membawa kita menjadi arang...
(Depok, 01:19 AM, 24 Oktober 2004)
Saturday, October 23, 2004
Hari yang terus berganti
Menjadi waktu yang terus menenggelamkanku
Jauh kedalam gejolak yang tak pernah peduli padamu
Dan itu liar...
(Tj. Duren, 02:15 AM, 23 Oktober 2004)
Menjadi waktu yang terus menenggelamkanku
Jauh kedalam gejolak yang tak pernah peduli padamu
Dan itu liar...
(Tj. Duren, 02:15 AM, 23 Oktober 2004)
Thursday, October 21, 2004
Seandainya kita punya waktu-waktu yang selalu bersama
Adinda, kau akan menjadi teman yangkan selalu menggelorakan semangatku
Agar bisa lebih bermakna
Agar bisa lebih berarti untuk hidup dan kehidupan
Hingga kaupun bisa lebih mengerti bahwa betapa berartinya dirimu
Tidak seperti saat ini, kecurigaan yang selalu mengakibatkan tangismu pada malam-malam dimana akupun resah meratapi hidup yang tak kunjung berpihak
(Depok, 03:10 AM, 21 Oktober 2004)
Adinda, kau akan menjadi teman yangkan selalu menggelorakan semangatku
Agar bisa lebih bermakna
Agar bisa lebih berarti untuk hidup dan kehidupan
Hingga kaupun bisa lebih mengerti bahwa betapa berartinya dirimu
Tidak seperti saat ini, kecurigaan yang selalu mengakibatkan tangismu pada malam-malam dimana akupun resah meratapi hidup yang tak kunjung berpihak
(Depok, 03:10 AM, 21 Oktober 2004)
Wednesday, October 20, 2004
Aku Takkan Menyesali
Aku takkan menangisi senja ini
Yang merangkak perlahan menjadi malam
Ketika kita sama-sama terdiam
Bercerita lirih pada diri sendiri
Pada hati kita yang pernah terpaut oleh janji-janji yang berusaha kita jadikan abadi
Aku takkan lari sembunyi
Kala malam menyergap membawa pekat
Ketika kita sama-sama tak peduli
Pada masa yang semakin terlihat lusuh
Pada hari yang beranjak dengan tanya yang tak pernah terjawab
Aku takkan menyesali waktu yang terus berlalu
Karena kita memang seperti itu...
(Depok, 05:00 AM, 20 Oktober 2004)
Aku takkan menangisi senja ini
Yang merangkak perlahan menjadi malam
Ketika kita sama-sama terdiam
Bercerita lirih pada diri sendiri
Pada hati kita yang pernah terpaut oleh janji-janji yang berusaha kita jadikan abadi
Aku takkan lari sembunyi
Kala malam menyergap membawa pekat
Ketika kita sama-sama tak peduli
Pada masa yang semakin terlihat lusuh
Pada hari yang beranjak dengan tanya yang tak pernah terjawab
Aku takkan menyesali waktu yang terus berlalu
Karena kita memang seperti itu...
(Depok, 05:00 AM, 20 Oktober 2004)
Friday, October 15, 2004
Aku Melihatmu
Aku melihatmu
Dengan hati dengan mata hati
Yang bercerita kala jengah akan nasib
Kala hidup yang terus saja menjadi rumit
Aku melihatmu
Seperti ketika kita hanya mampu menahan gejolak
Pada saat kita menjadi tak berdaya
Tersungkur menangisi hastrat yang tercampakkan
Aku melihatmu
Dan kita adalah hidup yang selalu berusaha menjadi tawa
Yang terpingkal pada sudut-sudut waktu
Pada saat-saat yang kita paksakan
Aku melihatmu
Yang menjadi cerita tentang kita
Menjadi waktu yang terus berjalan
Dan kita tak sempat berfikir, entah sampai kapan..
(Tj. Duren, 09:00 PM, 14 Oktober 2004)
Aku melihatmu
Dengan hati dengan mata hati
Yang bercerita kala jengah akan nasib
Kala hidup yang terus saja menjadi rumit
Aku melihatmu
Seperti ketika kita hanya mampu menahan gejolak
Pada saat kita menjadi tak berdaya
Tersungkur menangisi hastrat yang tercampakkan
Aku melihatmu
Dan kita adalah hidup yang selalu berusaha menjadi tawa
Yang terpingkal pada sudut-sudut waktu
Pada saat-saat yang kita paksakan
Aku melihatmu
Yang menjadi cerita tentang kita
Menjadi waktu yang terus berjalan
Dan kita tak sempat berfikir, entah sampai kapan..
(Tj. Duren, 09:00 PM, 14 Oktober 2004)
Wednesday, October 13, 2004
Bidadari kecil tersenyum diujung senja
Mengucap rindu dengan kepolosan hati
Dan aku yang telah mati
Tersesat diantara kekecewaan dan mimpi-mimpi
Maafkan aku nak, karena tak lagi berdaya
(Tj. Duren, 04:45 AM, 13 Oktober 2004)
Mengucap rindu dengan kepolosan hati
Dan aku yang telah mati
Tersesat diantara kekecewaan dan mimpi-mimpi
Maafkan aku nak, karena tak lagi berdaya
(Tj. Duren, 04:45 AM, 13 Oktober 2004)
Monday, October 11, 2004
Tak usah kau buat ini menjadi sebuah perangkap
Lalu kau sendiri yang memakan umpannya
Dia yang tercipta dalam bingkai bersama akan tetap dalam kebersamaan yang abadi
Ketika mungkin kau tak memiliki jati diri
Bangkitlah dan kembali menjadi petarung dijalanan
Karena ketika kau berfikir bahwa ini merupakan sebuah keharusan
Maka kau akan terdampar dikedalaman yang semakin dalam
(Depok, 02:27 AM, 11 Oktober 2004)
Lalu kau sendiri yang memakan umpannya
Dia yang tercipta dalam bingkai bersama akan tetap dalam kebersamaan yang abadi
Ketika mungkin kau tak memiliki jati diri
Bangkitlah dan kembali menjadi petarung dijalanan
Karena ketika kau berfikir bahwa ini merupakan sebuah keharusan
Maka kau akan terdampar dikedalaman yang semakin dalam
(Depok, 02:27 AM, 11 Oktober 2004)
Sunday, October 10, 2004
Demi Sebuah Kehidupan
Langit malam
Dan bulan sabit yang menggantung ditimur angkasa
Hati yang terpancung serta keadaan yang membungkus rapat
Pengap namun kita harus bertahan
Demi sebuah kehidupan
Kita harus melawan
Kita harus bangkit
Keputusasaan adalah kematian yang sia-sia
Hari berganti dan semesta raya ini menyimpan banyak cerita
Suatu saat terlalu naif bila kita masih berada dicerita yang sama
Ya, suatu saat...
(Depok, 03:59 AM, 10 Oktober 2004)
Langit malam
Dan bulan sabit yang menggantung ditimur angkasa
Hati yang terpancung serta keadaan yang membungkus rapat
Pengap namun kita harus bertahan
Demi sebuah kehidupan
Kita harus melawan
Kita harus bangkit
Keputusasaan adalah kematian yang sia-sia
Hari berganti dan semesta raya ini menyimpan banyak cerita
Suatu saat terlalu naif bila kita masih berada dicerita yang sama
Ya, suatu saat...
(Depok, 03:59 AM, 10 Oktober 2004)
Saturday, October 09, 2004
Purnama yang terabaikan kemarin
Seperti hati yang terjebak antara ruang dan waktu
Jangan pernah mengartikannya sebagai ketakberdayaan
Namun sebuah kondisi yang kan selalu kita lawan
Demi cinta, demi kita, demi masa-masa kedepan
Yang kan selalu kita taburi dengan bunga
Bunga-bunga yang takkan pernah layu sepanjang masa
Dan kita adalah sejati.....
(Depok, 07:58 PM, 8 Oktober 2004)
Seperti hati yang terjebak antara ruang dan waktu
Jangan pernah mengartikannya sebagai ketakberdayaan
Namun sebuah kondisi yang kan selalu kita lawan
Demi cinta, demi kita, demi masa-masa kedepan
Yang kan selalu kita taburi dengan bunga
Bunga-bunga yang takkan pernah layu sepanjang masa
Dan kita adalah sejati.....
(Depok, 07:58 PM, 8 Oktober 2004)
Tuesday, October 05, 2004
Surat Untukmu, Ibu Dari Anakku
Mungki suatu saat aku akan pergi
Mungkin suatu saat aku akan semakin sulit untuk ditemukan
Maka sebelum itu terjadi
Aku hanya ingin meyakinkan dan memberi keyakinan padamu
Bahwa aku pergi hanya karena segala sesuatu menjadi mustahil disini
Bahwa hari demi hari aku semakin sulit untuk beranjak
Dan keterpakuan merupakan kematian yang sangat menyakitkan
Maka aku harus pindah kota
Bila suatu saat anak kita semakin pintar hingga mampu untuk bertanya
Maka katakan bahwa ayahnya memiliki jalan yang rumit serta melelahkan
Dan harus pergi untuk menjadikannya lebih baik
Suatu saat namun entah kapan
Mungkin dalam tidur pulasnya
Mungkin dalam tangis sedihnya
Mugkin ketika pagi buta
Ketika sesak menjadi sandar yang tak terbangkitkan
Aku pasti akan mendatanginya
Percayalah, sorot matanya, rengek manjanya adalah cambuk yang takkan henti-hentinya mengingatkan
Percayalah, takkan ada kerinduan yang membuat tangis kecuali kerinduan akannya
Dan percayalah, bahwa mamanya memiliki hal yang jauh lebih baik
Jauh lebih hebat dari apa yang dia tampakkan sekarang
Yakinilah itu selalu
Yakinilah dan selalu beri dia keyakinan
Karena dia harus tumbuh dan menjadi besar dengan memiliki keyakinan yang kuat
Dan aku akan selalu percaya padamu
Selalu meyakini itu disetiap langkah perjalananku
Disetiap hirup nafasku....
(Depok, 11:35 AM, Oktober 2004)
Mungki suatu saat aku akan pergi
Mungkin suatu saat aku akan semakin sulit untuk ditemukan
Maka sebelum itu terjadi
Aku hanya ingin meyakinkan dan memberi keyakinan padamu
Bahwa aku pergi hanya karena segala sesuatu menjadi mustahil disini
Bahwa hari demi hari aku semakin sulit untuk beranjak
Dan keterpakuan merupakan kematian yang sangat menyakitkan
Maka aku harus pindah kota
Bila suatu saat anak kita semakin pintar hingga mampu untuk bertanya
Maka katakan bahwa ayahnya memiliki jalan yang rumit serta melelahkan
Dan harus pergi untuk menjadikannya lebih baik
Suatu saat namun entah kapan
Mungkin dalam tidur pulasnya
Mungkin dalam tangis sedihnya
Mugkin ketika pagi buta
Ketika sesak menjadi sandar yang tak terbangkitkan
Aku pasti akan mendatanginya
Percayalah, sorot matanya, rengek manjanya adalah cambuk yang takkan henti-hentinya mengingatkan
Percayalah, takkan ada kerinduan yang membuat tangis kecuali kerinduan akannya
Dan percayalah, bahwa mamanya memiliki hal yang jauh lebih baik
Jauh lebih hebat dari apa yang dia tampakkan sekarang
Yakinilah itu selalu
Yakinilah dan selalu beri dia keyakinan
Karena dia harus tumbuh dan menjadi besar dengan memiliki keyakinan yang kuat
Dan aku akan selalu percaya padamu
Selalu meyakini itu disetiap langkah perjalananku
Disetiap hirup nafasku....
(Depok, 11:35 AM, Oktober 2004)
Monday, October 04, 2004
Pengembara Malam
Aku akan pergi
Bersama malam-malam sunyi
Jauh susuri kekosongan
Mengobati jiwa yang sakit
Menyumpahi hidup yang pahit
Aku akan pergi
Mengarungi malam-malam yang pekat
Mencari kemilau pada bintang
Menuju timur kemudian kebarat
Menatap keutara kemudian selatan
Mengikuti jiwa, menemani jiwa-jiwa yang sendiri
Aku akan pergi
Dan jangan pernah peduli
Karena aku lebur bersama malam
Bersama hati yang tertebas sepi
Bersama jiwa yang tersayat mimpi
Aku akan pergi
Pada malam-malam, bersama malam-malam
Menjadi gelombang, menjadi semilir
Melintasi hati-hati yang terpancung
Memaknai jiwa-jiwa yang sunyi
Aku akan pergi
Jangan pernah tanya kapan aku kembali
Jangan pernah ungkapkan kerinduan
Karena aku benar-benar pergi
Mengembara bersama malam
Menjadi pengembara malam....
(Tj. Duren, 01:25 PM, 03 Oktober 2004)
Aku akan pergi
Bersama malam-malam sunyi
Jauh susuri kekosongan
Mengobati jiwa yang sakit
Menyumpahi hidup yang pahit
Aku akan pergi
Mengarungi malam-malam yang pekat
Mencari kemilau pada bintang
Menuju timur kemudian kebarat
Menatap keutara kemudian selatan
Mengikuti jiwa, menemani jiwa-jiwa yang sendiri
Aku akan pergi
Dan jangan pernah peduli
Karena aku lebur bersama malam
Bersama hati yang tertebas sepi
Bersama jiwa yang tersayat mimpi
Aku akan pergi
Pada malam-malam, bersama malam-malam
Menjadi gelombang, menjadi semilir
Melintasi hati-hati yang terpancung
Memaknai jiwa-jiwa yang sunyi
Aku akan pergi
Jangan pernah tanya kapan aku kembali
Jangan pernah ungkapkan kerinduan
Karena aku benar-benar pergi
Mengembara bersama malam
Menjadi pengembara malam....
(Tj. Duren, 01:25 PM, 03 Oktober 2004)
Sunday, October 03, 2004
Lelaki Sunyi Berjubah Sepi
Segelas kopi hitam
Sebatang rokok pada asbak
Dan asap adalah teman sejati dalam ruang yang kosong
Badan yang tersandar pada tembok
Setumpuk buku-buku yang lelah kau baca
Sekumpulan kalimat pada kertas yang tergenggam
Yang kau tuliskan, yang selalu kau torehkan
Tentang perjalananmu, tentang cinta dan pencarianmu
Tentang kau, lelaki sunyi berjubah sepi..
(Depok, 01:05 PM, 02 Oktober 2004)
Segelas kopi hitam
Sebatang rokok pada asbak
Dan asap adalah teman sejati dalam ruang yang kosong
Badan yang tersandar pada tembok
Setumpuk buku-buku yang lelah kau baca
Sekumpulan kalimat pada kertas yang tergenggam
Yang kau tuliskan, yang selalu kau torehkan
Tentang perjalananmu, tentang cinta dan pencarianmu
Tentang kau, lelaki sunyi berjubah sepi..
(Depok, 01:05 PM, 02 Oktober 2004)
Thursday, September 30, 2004
Tentang Kerinduan
Beratapkan langit pada sebuah dipan
Dari malam-malam kemudian
Dan setelah mata yang tak terpejamkan
Aku rebah lelah bersama dingin
Bersama kekosongan yang mencekam
Jiwa yang selalu meninggalkan hati
Jiwa yang selalu resah dan ingin pergi
Mengembara munuju hutan-hutan
Berjalan diantara tebing-tebing kaki langit
Diantara karang dan debur samudera
Susuri semesta mencari jawab pada tanya
Tentang hati, tentang bungkam yang senyap
Tentang kerinduan
Tentang kerinduan yang sangat.....
(Tj. Duren, 06:24 AM, 30 September 2004)
Beratapkan langit pada sebuah dipan
Dari malam-malam kemudian
Dan setelah mata yang tak terpejamkan
Aku rebah lelah bersama dingin
Bersama kekosongan yang mencekam
Jiwa yang selalu meninggalkan hati
Jiwa yang selalu resah dan ingin pergi
Mengembara munuju hutan-hutan
Berjalan diantara tebing-tebing kaki langit
Diantara karang dan debur samudera
Susuri semesta mencari jawab pada tanya
Tentang hati, tentang bungkam yang senyap
Tentang kerinduan
Tentang kerinduan yang sangat.....
(Tj. Duren, 06:24 AM, 30 September 2004)
Dan Cerita Yang Menjadi Sendiri
Rumah-rumah yang tak berhalaman
Rumah-rumah pada gang yang sempit
Dan orang-orang yang berjalan
Dan tawa anak-anak yang bermain
Dan obrolan yang menjadi gosip
Dari pintu menuju pintu
Menjadi cerita, menjadi perselisihan yang tak berujung
Penjual buah menjadi penjual lemari
Kemudian menjadi penjual roti
Yang berteriak silih berganti
Yang terus berganti-ganti
Dan seorang ibu yang menangis
Pada sudut yang sepi
Dari keramaian yang tak peduli
Waktu yang berminggu-minggu
Bayi yang sedang panas tinggi
Dan ayah yang tak kunjung kembali
Entah dimana dan mecari kemana
Tangis menjadi ratap yang sembunyi-sembunyi
(Tj. Duren, 03:00 PM, 29 September 2004)
Rumah-rumah yang tak berhalaman
Rumah-rumah pada gang yang sempit
Dan orang-orang yang berjalan
Dan tawa anak-anak yang bermain
Dan obrolan yang menjadi gosip
Dari pintu menuju pintu
Menjadi cerita, menjadi perselisihan yang tak berujung
Penjual buah menjadi penjual lemari
Kemudian menjadi penjual roti
Yang berteriak silih berganti
Yang terus berganti-ganti
Dan seorang ibu yang menangis
Pada sudut yang sepi
Dari keramaian yang tak peduli
Waktu yang berminggu-minggu
Bayi yang sedang panas tinggi
Dan ayah yang tak kunjung kembali
Entah dimana dan mecari kemana
Tangis menjadi ratap yang sembunyi-sembunyi
(Tj. Duren, 03:00 PM, 29 September 2004)
Wednesday, September 29, 2004
Seperti apa harimu?
Seperti apa harimu
Setelah berwaktu-waktu
Dan hatimu kini seperti bisik
Yang sayup hilang dibawa angin
Jauh dan entah dimana
Seperti apa harimu
Setelah masa itu
Yang penuh cerita dan cerita
Celoteh dan rengek yang mungil
Yang merajuk menjagakan tidur yang hanya sebentar
Seperti apa harimu
Setelah terpenuhi hastratmu
Hastrat yang tersembunyi dalam kata-kata
Dalam steatmenmu dan itu menarik
Seperti apa harimu
Setelah peningkatan kwalitas itu ternyata sepi
Hanya keterdesakan sebuah kondisi
Tentang ketidakmampuan
Tentang kelelahan pada tanggung jawab
Dan taraf yang lebih baik itu ternyata tak ada
Dan kita pada akhirnya hanya waktu yang sia-sia
Sangat sia-sia........
Seperti apa harimu
Setelah aku semakin kehilangan citramu
Tentang dunia dan cita-cita universal kita
Tentang senyum dan keabadian
Tentang hari-hari dan hati yang nyaman untuk anak kita....
Seperti apa harimu
Setelah kita menjalani dunia sunyi kita sendiri-sendiri....
(Tj. Duren, 04:02 PM, 28 September 2004)
Seperti apa harimu
Setelah berwaktu-waktu
Dan hatimu kini seperti bisik
Yang sayup hilang dibawa angin
Jauh dan entah dimana
Seperti apa harimu
Setelah masa itu
Yang penuh cerita dan cerita
Celoteh dan rengek yang mungil
Yang merajuk menjagakan tidur yang hanya sebentar
Seperti apa harimu
Setelah terpenuhi hastratmu
Hastrat yang tersembunyi dalam kata-kata
Dalam steatmenmu dan itu menarik
Seperti apa harimu
Setelah peningkatan kwalitas itu ternyata sepi
Hanya keterdesakan sebuah kondisi
Tentang ketidakmampuan
Tentang kelelahan pada tanggung jawab
Dan taraf yang lebih baik itu ternyata tak ada
Dan kita pada akhirnya hanya waktu yang sia-sia
Sangat sia-sia........
Seperti apa harimu
Setelah aku semakin kehilangan citramu
Tentang dunia dan cita-cita universal kita
Tentang senyum dan keabadian
Tentang hari-hari dan hati yang nyaman untuk anak kita....
Seperti apa harimu
Setelah kita menjalani dunia sunyi kita sendiri-sendiri....
(Tj. Duren, 04:02 PM, 28 September 2004)
Sunday, September 26, 2004
Pada Saat Malam Yang Menjadi Pertama
Pada saat malam hanya lekuk yang telanjang
Hastrat adalah gairah yang terbakar
Yang melepas helai demi helai pakaian
Dan suara yang tersendat menjadi dengus serta erangan
Pada saat pesona yang benar-benar liar
Yang merobek-robek keyakinan
Menjadi hastrat yang menerkam
Menyisakan tanda serta luka berdarah
Menyisakan jerit yang kesakitan
Pada saat menjadi yang pertama
Ketika air mata mengalir pelan
Yang menyiratkan harapan akan kebahagiaan
Dan hati yang terdiam
Terpaku serta kebingungan
(Depok, 10:05 PM, 25 September 2004)
Pada saat malam hanya lekuk yang telanjang
Hastrat adalah gairah yang terbakar
Yang melepas helai demi helai pakaian
Dan suara yang tersendat menjadi dengus serta erangan
Pada saat pesona yang benar-benar liar
Yang merobek-robek keyakinan
Menjadi hastrat yang menerkam
Menyisakan tanda serta luka berdarah
Menyisakan jerit yang kesakitan
Pada saat menjadi yang pertama
Ketika air mata mengalir pelan
Yang menyiratkan harapan akan kebahagiaan
Dan hati yang terdiam
Terpaku serta kebingungan
(Depok, 10:05 PM, 25 September 2004)
Lelaki dengan raut tertunduk
Susuri jalan pada hening malam
Menembus pekat mengurai kegelisahan Mencari makna hingga terkapar diawal fajar
(Depok, 07:00 PM, 25 September 2004)
Susuri jalan pada hening malam
Menembus pekat mengurai kegelisahan Mencari makna hingga terkapar diawal fajar
(Depok, 07:00 PM, 25 September 2004)
Saturday, September 25, 2004
Dan Waktu Yang Dapat Mengerti
Jarak dan waktu
Dan situasi yang menjadi renggang
Pada sisi hitam dan putih
Pada nuansa dan pesona tersendiri
Sebuah pilihan hati
Dan ketidakmampuan untuk memilih
Waktu hanya pada gelombang
Hanya pada riak yang mengalir
Menjadi arus pada terjal
Menjadi gejolak yang liar
Hingga pada muara yang tenang dan berkedalaman
Dan waktu yang dapat mengerti segala
Pada akhirnya......
(Depok, 11:00 PM, 24 September 2004)
Jarak dan waktu
Dan situasi yang menjadi renggang
Pada sisi hitam dan putih
Pada nuansa dan pesona tersendiri
Sebuah pilihan hati
Dan ketidakmampuan untuk memilih
Waktu hanya pada gelombang
Hanya pada riak yang mengalir
Menjadi arus pada terjal
Menjadi gejolak yang liar
Hingga pada muara yang tenang dan berkedalaman
Dan waktu yang dapat mengerti segala
Pada akhirnya......
(Depok, 11:00 PM, 24 September 2004)
Wednesday, September 15, 2004
Ingat Ini
Pada saat ini dan waktu yang berpihak
Seperti pada lembah yang subur
Kupu-kupu yang meningkahi ratusan bunga dan orang-orang yang tersenyum
Dan hatimu yang terelus
Dan bibirmu yang tersenyum mengembang
Dari sorotmu adalah pendaran semangat
Dari sorotmu segalanya akan semakin membaik
Dan kita akan berladang disini
Menyemai benih-benih kita
Menantinya tumbuh dengan tawa
Dengan cita dan bahagia...
Namun cinta, Jangan pernah menganggap ini selesai
Lalu kau tertidur
Karena itu akan membuatku kembali sepi dan sendiri
Membuatku kembali menghilang dalam mimpi-mimpi mu
Ingat itu cinta...
Ingat, jangan pernah membuatku sepi dan sendiri
(Lembang, 11:47 AM, 14 September 2004)
Pada saat ini dan waktu yang berpihak
Seperti pada lembah yang subur
Kupu-kupu yang meningkahi ratusan bunga dan orang-orang yang tersenyum
Dan hatimu yang terelus
Dan bibirmu yang tersenyum mengembang
Dari sorotmu adalah pendaran semangat
Dari sorotmu segalanya akan semakin membaik
Dan kita akan berladang disini
Menyemai benih-benih kita
Menantinya tumbuh dengan tawa
Dengan cita dan bahagia...
Namun cinta, Jangan pernah menganggap ini selesai
Lalu kau tertidur
Karena itu akan membuatku kembali sepi dan sendiri
Membuatku kembali menghilang dalam mimpi-mimpi mu
Ingat itu cinta...
Ingat, jangan pernah membuatku sepi dan sendiri
(Lembang, 11:47 AM, 14 September 2004)
Sunday, September 12, 2004
Bintang jatuh diantara hati yang bermain dengan sunyi
Diantara kehampaan sesaat menghibur lalu pergi
Bersama pekat, bersama lamunan yang tak berujung
Dan hati yang tak pernah mengerti
Terus terpaku pada sisi yang senyap dan tak berdaya
Selamat malam cinta
Entah kapan kita menemukan tawa yang selalu bersama....
(Depok, 03:32 AM, 12 September 2004)
Diantara kehampaan sesaat menghibur lalu pergi
Bersama pekat, bersama lamunan yang tak berujung
Dan hati yang tak pernah mengerti
Terus terpaku pada sisi yang senyap dan tak berdaya
Selamat malam cinta
Entah kapan kita menemukan tawa yang selalu bersama....
(Depok, 03:32 AM, 12 September 2004)
Sunday, September 05, 2004
Anakku
Anakku, Ayahmu sedang pergi jauh
Berkuda menuju lembah
Mencari padang bertelaga
Mencari kesuburan pada tanah
Mencari tempat untuk hidup
Anakku, Ayahmu sedang dalam perjalanan jauh
Meninggalkan kelakarmu
Meninggalkan manjamu
Mengejar hati dan menuntaskan mimpi
Akan suatu hari
Akan hari-hari dengan satu kata, kebahagiaan...
Dan anakku bersabarlah menjalani hari
Aku pasti kan kembali tuk bersama lagi
Dengan menggenggam mimpi dan membawa kebahagiaan dihati
Segera!, dan kita akan menjadi keluarga yang sejati...
(Bandung, 10:33 PM, 04 September 2004)
Anakku, Ayahmu sedang pergi jauh
Berkuda menuju lembah
Mencari padang bertelaga
Mencari kesuburan pada tanah
Mencari tempat untuk hidup
Anakku, Ayahmu sedang dalam perjalanan jauh
Meninggalkan kelakarmu
Meninggalkan manjamu
Mengejar hati dan menuntaskan mimpi
Akan suatu hari
Akan hari-hari dengan satu kata, kebahagiaan...
Dan anakku bersabarlah menjalani hari
Aku pasti kan kembali tuk bersama lagi
Dengan menggenggam mimpi dan membawa kebahagiaan dihati
Segera!, dan kita akan menjadi keluarga yang sejati...
(Bandung, 10:33 PM, 04 September 2004)
Friday, September 03, 2004
Saturday, August 21, 2004
Menunggu Tanpa Batas Waktu
Diantara pohon-pohon
Hati dan ratusan bunga seakan berirama
Dihutan pinus dari balik batangnya yang lurus memanjang
Dari balik siluet sinar mentari pagi yang menguning
Mungkin kau akan datang
Dengan rambutmu yang tergerai
Membawa pesona
Membawa bunga yang akan mewangi sepanjang hari
Ah, semilir yang dingin ini
Tentu akan mempermainkan rambutmu dan membuatnya semakin bernuansa
Dan aku semakin jatuh cinta
Semakin jatuh cinta
Disini, aku akan selalu menunggu mimpi bersamamu
Tanpa batas waktu......
(Lembang, 08:11 AM, 21 Agustus 2004)
Diantara pohon-pohon
Hati dan ratusan bunga seakan berirama
Dihutan pinus dari balik batangnya yang lurus memanjang
Dari balik siluet sinar mentari pagi yang menguning
Mungkin kau akan datang
Dengan rambutmu yang tergerai
Membawa pesona
Membawa bunga yang akan mewangi sepanjang hari
Ah, semilir yang dingin ini
Tentu akan mempermainkan rambutmu dan membuatnya semakin bernuansa
Dan aku semakin jatuh cinta
Semakin jatuh cinta
Disini, aku akan selalu menunggu mimpi bersamamu
Tanpa batas waktu......
(Lembang, 08:11 AM, 21 Agustus 2004)
Wednesday, June 02, 2004
ketika matahari meninggi
ketika mimpi-mimpi pergi
hidup akan kembali bergejolak penuh siksa
hasrat yang terbuang
gairah yang tercampakkan
Detik demi detik tersayat
menjadi luka
menjadi duka yang terdalam
hari-hari adalah perjalanan menuju kematian
sebuah kerinduan pada keabadian
(Depok, 01:00 PM, 01 Juni 2004)
ketika mimpi-mimpi pergi
hidup akan kembali bergejolak penuh siksa
hasrat yang terbuang
gairah yang tercampakkan
Detik demi detik tersayat
menjadi luka
menjadi duka yang terdalam
hari-hari adalah perjalanan menuju kematian
sebuah kerinduan pada keabadian
(Depok, 01:00 PM, 01 Juni 2004)
Thursday, April 29, 2004
Seperti yang pernah kau taklukan
Seperti sorot matamu yang telah menghentikan pencarian
Semenjak gejolak yang tak pernah padam
Hingga kini tetap merupakan geliat
Yang terus kan menggapai nuansamu
(Depok, 03:45 AM, 29 April 2004)
Seperti sorot matamu yang telah menghentikan pencarian
Semenjak gejolak yang tak pernah padam
Hingga kini tetap merupakan geliat
Yang terus kan menggapai nuansamu
(Depok, 03:45 AM, 29 April 2004)
Thursday, January 01, 2004
Tentang........
Jangan pernah membiarkan pikiran berkembang sendiri. Dia akan menjelma menjadi ribuan anak panah yang siap menghunjam. Dan itu menyakitkan, sangat menyakitkan. Kita harus mengkebirinya serta sedikit merabunkan mata. Hidup dalam kepura-puraan. Namun tetap saja tragis.
Ketika otak meronta dalam kesunyian. Menangkap lalu memenjarakannya dalam tulisan mungkin merupakan pilihan yang bijak.
Dalam hidup banyak yang harus dipertimbangkan. Dan sangat menyebalkan menjadi manusia yang mampu mempertimbangkan. Hidup dalam ambang batas antara pahit dan ketiadaan. Menuju kehampaan dan sirna. Dalam kegelapan menyalangkan mata menatap tingkah laku. Diantara tindakan tentang pembenaran. Tentang ketidakmengertian. Dan kebingungan akan makna.
Hanya tatap kecil dan langkah-langkah kaki yang mungil. Suara-suara yang mengelus nurani dan amarah. Menyiram kobaran hingga padam dan lunglai dipenghujung malam. Tentang masa menuju masa. Sebuah era yang menanti dan segenggam tanggungjawab yang memang telah ada.
Ini tentang keinginan. tentang sebuah cerita. Sebuah ego dan ketidakmampuan. Dan tentang sebuah kesimpulan, Akankah perjalanan ini memang harus dihentikan?
Sebuah situasi dimana tidak ada pilihan yang menyenangkan, walau banyak kemungkinan. Apapun tetap saja kegetiran.
Meletakkan harapan pada perjalanan sang waktu. Sebuah pilihan yang tak mungkin dikembalikan. Yang sudah terpatri dan membentuk jati diri.
Gejolak yang padam dan arang perlahan menjadi debu, halus dan berterbangan ditiup zaman yang berganti peran. Semoga yang hadir kemudian sampai pada pintu gerbang yang dinantikan. Lalu terbang mengepak meninggalkan malam........
(Depok, 01:00 AM, 01 Januari 2004)
Subscribe to:
Posts (Atom)