Monday, October 25, 2004

Izinkan Aku Menjadi Buta Dan Tuli

Lebih baik aku menjadi buta dan tuli
Hingga suatu saat aku takkan melihat rumit parasmu ketika kau menemukan realitas yang tak pernah kau inginkan
Hingga aku takkan mendengar parau keluh kesahmu menolak kenyataan yang telah berjalan

Biarkan aku membunuh diriku sendiri
Lalu hidup untuk terbunuh kembali
Ketika bayangmu yang takkan mampu ku tolak hadirnya mengadiliku dengan caraku sendiri

Biarkan aku sendiri
Merangkai isak menjadi tangis
Dan menghitung tiap-tiap tetesnya sendiri
Hingga akhir masaku

Izinkan aku menjadi buta dan tuli
Lalu sendiri dan pergi...



(Depok, 05:00 AM, 25 Oktober 2004)

Sunday, October 24, 2004

Seperti Ketika

Seperti ketika pesonamu yang menyergapku
Mencabik-cabik kebisuanku dalam gelora yang terus kau nyalakan
Telah menjadi gairah yang tak mampu kupadamkan
Yang terus berkobar menggapai hastrat

Semoga tak ada penyesalan pada waktu yang pasti membawa kita menjadi arang...



(Depok, 01:19 AM, 24 Oktober 2004)

Saturday, October 23, 2004

Hari yang terus berganti
Menjadi waktu yang terus menenggelamkanku
Jauh kedalam gejolak yang tak pernah peduli
padamu
Dan itu liar...



(Tj. Duren, 02:15 AM, 23 Oktober 2004)

Thursday, October 21, 2004

Seandainya kita punya waktu-waktu yang selalu bersama
Adinda, kau akan menjadi teman yangkan selalu menggelorakan semangatku
Agar bisa lebih bermakna
Agar bisa lebih berarti untuk hidup dan kehidupan
Hingga kaupun bisa lebih mengerti bahwa betapa berartinya dirimu
Tidak seperti saat ini, kecurigaan yang selalu mengakibatkan tangismu pada malam-malam dimana akupun resah meratapi hidup yang tak kunjung berpihak


(Depok, 03:10 AM, 21 Oktober 2004)

Wednesday, October 20, 2004

Aku Takkan Menyesali

Aku takkan menangisi senja ini
Yang merangkak perlahan menjadi malam
Ketika kita sama-sama terdiam
Bercerita lirih pada diri sendiri
Pada hati kita yang pernah terpaut oleh janji-janji yang berusaha kita jadikan abadi

Aku takkan lari sembunyi
Kala malam menyergap membawa pekat
Ketika kita sama-sama tak peduli
Pada masa yang semakin terlihat lusuh
Pada hari yang beranjak dengan tanya yang tak pernah terjawab

Aku takkan menyesali waktu yang terus berlalu
Karena kita memang seperti itu...


(Depok, 05:00 AM, 20 Oktober 2004)

Friday, October 15, 2004

Aku Melihatmu

Aku melihatmu
Dengan hati dengan mata hati
Yang bercerita kala jengah akan nasib
Kala hidup yang terus saja menjadi rumit

Aku melihatmu
Seperti ketika kita hanya mampu menahan gejolak
Pada saat kita menjadi tak berdaya
Tersungkur menangisi hastrat yang tercampakkan

Aku melihatmu
Dan kita adalah hidup yang selalu berusaha menjadi tawa
Yang terpingkal pada sudut-sudut waktu
Pada saat-saat yang kita paksakan

Aku melihatmu
Yang menjadi cerita tentang kita
Menjadi waktu yang terus berjalan
Dan kita tak sempat berfikir, entah sampai kapan..



(Tj. Duren, 09:00 PM, 14 Oktober 2004)

Wednesday, October 13, 2004

Bidadari kecil tersenyum diujung senja
Mengucap rindu dengan kepolosan hati
Dan aku yang telah mati
Tersesat diantara kekecewaan dan mimpi-mimpi

Maafkan aku nak, karena tak lagi berdaya


(Tj. Duren, 04:45 AM, 13 Oktober 2004)

Monday, October 11, 2004

Tak usah kau buat ini menjadi sebuah perangkap
Lalu kau sendiri yang memakan umpannya
Dia yang tercipta dalam bingkai bersama akan tetap dalam kebersamaan yang abadi
Ketika mungkin kau tak memiliki jati diri
Bangkitlah dan kembali menjadi petarung dijalanan
Karena ketika kau berfikir bahwa ini merupakan sebuah keharusan
Maka kau akan terdampar dikedalaman yang semakin dalam



(Depok, 02:27 AM, 11 Oktober 2004)

Sunday, October 10, 2004

Demi Sebuah Kehidupan

Langit malam
Dan bulan sabit yang menggantung ditimur angkasa
Hati yang terpancung serta keadaan yang membungkus rapat
Pengap namun kita harus bertahan

Demi sebuah kehidupan
Kita harus melawan
Kita harus bangkit
Keputusasaan adalah kematian yang sia-sia

Hari berganti dan semesta raya ini menyimpan banyak cerita
Suatu saat terlalu naif bila kita masih berada dicerita yang sama
Ya, suatu saat...



(Depok, 03:59 AM, 10 Oktober 2004)

Saturday, October 09, 2004

Purnama yang terabaikan kemarin
Seperti hati yang terjebak antara ruang dan waktu
Jangan pernah mengartikannya sebagai ketakberdayaan
Namun sebuah kondisi yang kan selalu kita lawan
Demi cinta, demi kita, demi masa-masa kedepan
Yang kan selalu kita taburi dengan bunga
Bunga-bunga yang takkan pernah layu sepanjang masa
Dan kita adalah sejati.....



(Depok, 07:58 PM, 8 Oktober 2004)

Tuesday, October 05, 2004

Surat Untukmu, Ibu Dari Anakku

Mungki suatu saat aku akan pergi
Mungkin suatu saat aku akan semakin sulit untuk ditemukan
Maka sebelum itu terjadi
Aku hanya ingin meyakinkan dan memberi keyakinan padamu
Bahwa aku pergi hanya karena segala sesuatu menjadi mustahil disini
Bahwa hari demi hari aku semakin sulit untuk beranjak
Dan keterpakuan merupakan kematian yang sangat menyakitkan
Maka aku harus pindah kota
Bila suatu saat anak kita semakin pintar hingga mampu untuk bertanya
Maka katakan bahwa ayahnya memiliki jalan yang rumit serta melelahkan
Dan harus pergi untuk menjadikannya lebih baik
Suatu saat namun entah kapan
Mungkin dalam tidur pulasnya
Mungkin dalam tangis sedihnya
Mugkin ketika pagi buta
Ketika sesak menjadi sandar yang tak terbangkitkan
Aku pasti akan mendatanginya
Percayalah, sorot matanya, rengek manjanya adalah cambuk yang takkan henti-hentinya mengingatkan
Percayalah, takkan ada kerinduan yang membuat tangis kecuali kerinduan akannya
Dan percayalah, bahwa mamanya memiliki hal yang jauh lebih baik
Jauh lebih hebat dari apa yang dia tampakkan sekarang
Yakinilah itu selalu
Yakinilah dan selalu beri dia keyakinan
Karena dia harus tumbuh dan menjadi besar dengan memiliki keyakinan yang kuat
Dan aku akan selalu percaya padamu
Selalu meyakini itu disetiap langkah perjalananku
Disetiap hirup nafasku....



(Depok, 11:35 AM, Oktober 2004)

Monday, October 04, 2004

Pengembara Malam

Aku akan pergi
Bersama malam-malam sunyi
Jauh susuri kekosongan
Mengobati jiwa yang sakit
Menyumpahi hidup yang pahit

Aku akan pergi
Mengarungi malam-malam yang pekat
Mencari kemilau pada bintang
Menuju timur kemudian kebarat
Menatap keutara kemudian selatan
Mengikuti jiwa, menemani jiwa-jiwa yang sendiri

Aku akan pergi
Dan jangan pernah peduli
Karena aku lebur bersama malam
Bersama hati yang tertebas sepi
Bersama jiwa yang tersayat mimpi

Aku akan pergi
Pada malam-malam, bersama malam-malam
Menjadi gelombang, menjadi semilir
Melintasi hati-hati yang terpancung
Memaknai jiwa-jiwa yang sunyi

Aku akan pergi
Jangan pernah tanya kapan aku kembali
Jangan pernah ungkapkan kerinduan
Karena aku benar-benar pergi
Mengembara bersama malam
Menjadi pengembara malam....



(Tj. Duren, 01:25 PM, 03 Oktober 2004)

Sunday, October 03, 2004

Lelaki Sunyi Berjubah Sepi

Segelas kopi hitam
Sebatang rokok pada asbak
Dan asap adalah teman sejati dalam ruang yang kosong

Badan yang tersandar pada tembok
Setumpuk buku-buku yang lelah kau baca
Sekumpulan kalimat pada kertas yang tergenggam
Yang kau tuliskan, yang selalu kau torehkan
Tentang perjalananmu, tentang cinta dan pencarianmu
Tentang kau, lelaki sunyi berjubah sepi..



(Depok, 01:05 PM, 02 Oktober 2004)