Tuesday, November 30, 1999

Cimanja

Cimanja hadirmu, susahkan hati perempuanku
Cimanja ada mu, tak pernah tau siapa aku
Walau dirimu dari anganku, dari sayangku, dari cintaku...

Cimanja kau sapa perempuanku disana
Dengan kegelisahan getarkan jiwa
Hingga beraikan air mata
Tak mampu untuk berbuat apa

Cimanja, kubunuh kau dari naluriku
Cimanja, kubakar kau dari hastratku
Cimanja, kubungkam kau dari tangisku
Cimanja, maafkan aku demi anganku, demi sayangku, demi cintaku...

Balada lilin-lilin

Lilin-lilin malam ini
Dalam dingin resahnya hati
Lilin-lilin api mu menari
Seiring ritme-ritme degup jantung disini

Lilin-lilin dalam aquarium itu
Dua ikan berputar-putar diapimu
Terkadang jilati panas lelehmu
Sampai menetes lalu membeku

Lilin -lilin pagi hari nanti
Apimu kan dikalahkan mentari
Atau mungkin tak sanggup lagi menari
Sebab telah membeku dalam diri

.........................
..........................................................
..................................
..............................................

Lilin-lilin kini kau membeku
Bentuk onggokan seperti batu
Adakah dirimu merasa hina dan malu
Karena suci bentukmu telah berlalu

Monday, November 29, 1999

Hanya karena cinta

Kubungkam masaku
Kubakar segala lukisan angan
Malam ini, desah nafasku, tetes airmatamu
Menyatu teriakan kebodohan
Seribu setan tersenyum
Berikan penyambutan difantasi dunia
Dengan gemulaimu, dengan raungan birahiku
Cinta adalah penyatuan
Cinta hanyalah tarian-tarian birahi
Gairahku-gairahmu-gairah kita
Dosaku-dosamu-dosa kita
Tangisku-tangismu-tangis kita

Monday, November 08, 1999

Renungan sebuah ikatan

Bahagiamu hadir dalam bayang diri
Semburatkan bunga-bunga harapan
Hari ini sejarah bagimu disana
Terpahat dalam dinding-dinding hati
Jadikan pengikat lerai ruang dan waktu

Kuyakin ucap sudah pasti terucap
Satukan janji-janji dalam ikatan pasti
Alirkan air mata bahagia seorang bunda
Tercapai sudah amanah ilahi

Bunda, Amanahnya kini sebuah keberhasilanmu
Selesai sudah dan kini telah hadir sang pengganti
Restumu, petuahmu, damaikan langkah mereka

Sunday, November 07, 1999

Kala realita menyapa

Lelahku termanggu diujung fajar
Saksikan kemilau mentari dibelahan barat
Hati ini dibuat kilauan disana
Membias indah guncangkan sukma
Lalu putarkan seribu bintang dikepala
Bilakah rasa hati kan berakhir
Tentang keagungan diri nan busungkan dada

Tuesday, October 26, 1999

Sepi tanpa kepastian

Bulan keemasan disisi bintang
Sembunyi dibalik dedaunan
Biaskan keremangan rayapi malam
Bagai tak kuasa tuk bertahan

Dingin ngilukan tulang
Hening mencekam selimuti hati
Hanya detak jantung yang berkuasa
Getarkan setiap angan didada

Kabut bagai salju mengambang
Terombang ambing tanpa tujauan
Berharap semilir angin datang
Buyarkan semua kebekuan

Wednesday, October 13, 1999

Ketika cinta hanya nafsu

Telah kukorbankan satu suci
Untuk hadirkan desah sapamu
Kurentang hatiku, ucapkan selamat datang
Mari kita lalui hari-hari berbunga
Nikmati sejuta harumnya
Hingga kita terlelap dalam damai
Lalu gapai mimpi-mimpi kita
Tentang harapanmu
Tentang hastratku
Berharaplah semoga ini tak terjaga
Berharaplah selalu
Karena itu akan beraikan air matamu
Beraikan cerita kita

Tuesday, September 07, 1999

Senja diselat sunda

Kapalku membelakangi matahari
Sedang menuju kegelapan
Dan aku akan meneranginya
Semoga....

Sunday, September 05, 1999

Karena itu adalah cinta

Nyala... nyalakan api cemburumu
Hingga benar-benar berkobar
Biarkan aku rasakan panasnya
Karena itu adalah cinta
Cabut pedangmu
Hunjamkan dijantungku
lihat...., lihatlah semburan darahnya
Usap kentalnya ditanganmu
Nikmati pekatnya dimatamu
Karena cintaku sekental darahku
Karena cintaku sepekat darahku
Karena itu adalah cinta

Tuesday, August 24, 1999

Dan realita berbicara

Matahari, Kau beri aku kemilau mu
Dalam kesenyapan senja disini
Silaukan aku pada realita
Sepi diujung senja hadirkan satu rasa

Wahai jiwa yang jauh
Adakah kau rasakan kejenuhan
Kala ruang dan waktu berbicara
Ungkapkan dilema kita

Tuesday, August 17, 1999

Indonesia kini

Suara-suara sumbang
Teriak-teriak keanarkian
Hujat menghujat meresahkan
Tampilkan kecemasan yang mendalam
Tentang sebuah kehancuran
Disana..., disini..., diindonesia
Ada kutukan zaman
ada suara-suara kepiluan
Membakar relung hati
Setetes keringat yang terpasung oleh kesiasiaan
Darah yang tetesi pertiwi
Padu dalam debaran-debaran jiwa
serentak akan berkata
Indonesia kehilangan jati diri

Sunday, March 21, 1999

Petuah untukmu

Dendammu hadir dalam kepiluan
Dari kemunafikan senyum durjana
Dustanya tenggelamkan kau dalam mimpi
Terombang ambing dikehijauan jiwa

Aku tahu kau kini terjaga
Namun terjagamu salah!
Dendam takkan obati kekecewaan
Dendam takkan hancurkan kemunafikan dunia
Dendammu kini menambah angkara
Jiwamu akan kembali hilang dalam mimpi-mimpi yang suram

Sadarlah fanny...
Kutahu hatimu putih
Kutahu itu...
Pasti...

Thursday, March 11, 1999

Kalian tak pernah tahu itu AyahBunda...

Kau memberi jalan berbatu bagi jiwaku
Petuahmu paksakan langkahku walau enggan
Tertatih jiwaku susuri jalan penuh bimbang
Satu dua langkahku penuh sayatan berdarah
Inginku lari dari jalan ini
Inginku lawan petuahmu
Bila semua tak memberiku dosa
Jiwaku teriak meradang
Menggema pilu diangkasa sana
Aku tak dapat berbuat karena kau memberi
Sendiri ku disini menahan pedih menyiksa
Dan kalian tak pernah tau itu ayahbunda

Thursday, March 04, 1999

Demi banggamu

Dalam renungku malam hari
Bukan masa depan jadi bayang-bayang
Tapi kini juga
Langkahku sendiri disini
terima pahit rasa petuahmu
kabur...., semakin kabur
Niatku acuhkan katamu
Fikirku dosa membelenggu
Tapi..... ah, biarkan saja
Demi masa ku...
Demi langkahku...
Demi banggamu...
Kubiarkan belenggu dosa itu

Saturday, February 06, 1999

Aku dan putri dari negeri dewa-dewa

Kucoba untuk kembali
Kembali kemasa jiwa belum terkotori noda-noda kehidupan menghitam
Yang membuat kusam lembaran putih pemberian tuhan
Aku adalah anak desa kecil bertelanjang dada
Berbau masam tanah rimba belantara
Menghirup udara yang berputar-putar diantara pepohonan tinggi menjulang
Begitu riang melompat-lompat menaburi tanah desa dengan canda tawa
Aku adalah anak desa kecil tak pernah mengenal gemerlap hidup kota
Gemerlap yang menyimpan selaksa dusta
Gemerlap yang berikan janji-janji hitam
Gemerlap yang kusamkan lembaran putih pemberian tuhan
Aku adalah anak desa kecil memiliki cita putih seputih bulan purnama yang tergantung indah disudut langit desa
Memiliki cita pada gadis kecil bertopi lebar yang menari-nari dirimbun pohon-pohon batas desa
Gadis kecil yang cantik jelita bagai putri dari negeri dewa-dewa
Menabur cinta pada bunga-bunga, pada pohon-pohon, pada burung-burung, pada semilir angin pucuk daun

Ah, aku iri pada itu semua
Aku iri pada bunga-bunga, aku iri pada pohon-pohon, aku iri pada burung-burung, aku iri pada semilir angin
Aku iri karena putri tak melihatku disini, dipunggung sapi gembala
Aku iri karena putri tidak menari-nari menabur cinta disini, dihamparan hijau rumput desa
Inginku menjadi bunga-bunga, agar putri mencium harumku
Inginku menjadi pohon-pohon, agar putri mengajakku menari-nari
Inginku menjadi burung-burung, agar kicauku damaikan hati sang putri
Inginku menjadi semilir, agar dapat membelai indah rambut sang putri
Inginku menjadi segala, agar putri menabur cinta padaku

Ah, aku harus kesana, ketempat putri bersenandung damai kehidupan desa
Ketempat putri menari-nari dengan sejuta damai, dengan sejuta rasa
Namun aku hanya terpesona disini, dibalik daun talas tepi parit berlumpur nodai kaki celana
Aku tak kuasa menyibak daun ini, melangkah kesana mengucap cita, memegang tangan sang putri menabur cinta bersama
Aku hanya mampu terpesona dan terus akan menjadi pesona

Hingga kini dan sampai kapanpun juga

Monday, January 04, 1999

Janji

Janji itu...
Kuasakah aku menunggu
Tanpa titik noda mengotori
Lembaran itu begitu panjang

Aku bukanlah manusia sempurna
Tuk kuasa menghalau titik noda menghunjam
Hingga lembaran itu putih bersih
Namun ku akan berusaha
Hingga putih bersih...
Semoga...

Friday, January 01, 1999

Sudah cukup!!!

Akh.....
Sudah cukup semuanya
Aku muak dengan kata-katamu
Aku bosan dengan petuahmu
Hariku hilang dalam kesia-siaan
Impianku menghitam diterpa kemunafikan
Begitu pekat suramkan jalanku
Kau hanyalah segumpal kebohongan
Yang menebar janji-janji hitam
cuuh!!!....
Aku adalah jiwa yang memiliki asa
Aku masih memiliki cita
Dengan masa yang terbentang