Thursday, September 30, 2004

Tentang Kerinduan

Beratapkan langit pada sebuah dipan
Dari malam-malam kemudian

Dan setelah mata yang tak terpejamkan
Aku rebah lelah bersama dingin
Bersama kekosongan yang mencekam

Jiwa yang selalu meninggalkan hati
Jiwa yang selalu resah dan ingin pergi
Mengembara munuju hutan-hutan
Berjalan diantara tebing-tebing kaki langit
Diantara karang dan debur samudera
Susuri semesta mencari jawab pada tanya
Tentang hati, tentang bungkam yang senyap
Tentang kerinduan
Tentang kerinduan yang sangat.....

(Tj. Duren, 06:24 AM, 30 September 2004)
Dan Cerita Yang Menjadi Sendiri
Rumah-rumah yang tak berhalaman
Rumah-rumah pada gang yang sempit
Dan orang-orang yang berjalan
Dan tawa anak-anak yang bermain
Dan obrolan yang menjadi gosip
Dari pintu menuju pintu
Menjadi cerita, menjadi perselisihan yang tak berujung

Penjual buah menjadi penjual lemari
Kemudian menjadi penjual roti
Yang berteriak silih berganti
Yang terus berganti-ganti
Dan seorang ibu yang menangis
Pada sudut yang sepi
Dari keramaian yang tak peduli

Waktu yang berminggu-minggu
Bayi yang sedang panas tinggi
Dan ayah yang tak kunjung kembali
Entah dimana dan mecari kemana
Tangis menjadi ratap yang sembunyi-sembunyi



(Tj. Duren, 03:00 PM, 29 September 2004)

Wednesday, September 29, 2004

Seperti apa harimu?

Seperti apa harimu
Setelah berwaktu-waktu
Dan hatimu kini seperti bisik
Yang sayup hilang dibawa angin
Jauh dan entah dimana

Seperti apa harimu
Setelah masa itu
Yang penuh cerita dan cerita
Celoteh dan rengek yang mungil
Yang merajuk menjagakan tidur yang hanya sebentar

Seperti apa harimu
Setelah terpenuhi hastratmu
Hastrat yang tersembunyi dalam kata-kata
Dalam steatmenmu dan itu menarik

Seperti apa harimu
Setelah peningkatan kwalitas itu ternyata sepi
Hanya keterdesakan sebuah kondisi
Tentang ketidakmampuan
Tentang kelelahan pada tanggung jawab
Dan taraf yang lebih baik itu ternyata tak ada
Dan kita pada akhirnya hanya waktu yang sia-sia
Sangat sia-sia........

Seperti apa harimu
Setelah aku semakin kehilangan citramu
Tentang dunia dan cita-cita universal kita
Tentang senyum dan keabadian
Tentang hari-hari dan hati yang nyaman untuk anak kita....

Seperti apa harimu
Setelah kita menjalani dunia sunyi kita sendiri-sendiri....



(Tj. Duren, 04:02 PM, 28 September 2004)

Sunday, September 26, 2004

Pada Saat Malam Yang Menjadi Pertama

Pada saat malam hanya lekuk yang telanjang
Hastrat adalah gairah yang terbakar
Yang melepas helai demi helai pakaian
Dan suara yang tersendat menjadi dengus serta erangan

Pada saat pesona yang benar-benar liar
Yang merobek-robek keyakinan
Menjadi hastrat yang menerkam
Menyisakan tanda serta luka berdarah
Menyisakan jerit yang kesakitan

Pada saat menjadi yang pertama
Ketika air mata mengalir pelan
Yang menyiratkan harapan akan kebahagiaan
Dan hati yang terdiam
Terpaku serta kebingungan



(Depok, 10:05 PM, 25 September 2004)
Lelaki dengan raut tertunduk
Susuri jalan pada hening malam
Menembus pekat mengurai kegelisahan
Mencari makna hingga terkapar diawal fajar


(Depok, 07:00 PM, 25 September 2004)

Saturday, September 25, 2004

Dan Waktu Yang Dapat Mengerti

Jarak dan waktu
Dan situasi yang menjadi renggang
Pada sisi hitam dan putih
Pada nuansa dan pesona tersendiri
Sebuah pilihan hati
Dan ketidakmampuan untuk memilih

Waktu hanya pada gelombang
Hanya pada riak yang mengalir
Menjadi arus pada terjal
Menjadi gejolak yang liar
Hingga pada muara yang tenang dan berkedalaman

Dan waktu yang dapat mengerti segala
Pada akhirnya......


(Depok, 11:00 PM, 24 September 2004)


Wednesday, September 15, 2004

Ingat Ini

Pada saat ini dan waktu yang berpihak
Seperti pada lembah yang subur
Kupu-kupu yang meningkahi ratusan bunga dan orang-orang yang tersenyum
Dan hatimu yang terelus
Dan bibirmu yang tersenyum mengembang
Dari sorotmu adalah pendaran semangat
Dari sorotmu segalanya akan semakin membaik
Dan kita akan berladang disini
Menyemai benih-benih kita
Menantinya tumbuh dengan tawa
Dengan cita dan bahagia...

Namun cinta, Jangan pernah menganggap ini selesai
Lalu kau tertidur
Karena itu akan membuatku kembali sepi dan sendiri
Membuatku kembali menghilang dalam mimpi-mimpi mu

Ingat itu cinta...
Ingat, jangan pernah membuatku sepi dan sendiri



(Lembang, 11:47 AM, 14 September 2004)

Sunday, September 12, 2004

Bintang jatuh diantara hati yang bermain dengan sunyi
Diantara kehampaan sesaat menghibur lalu pergi
Bersama pekat, bersama lamunan yang tak berujung
Dan hati yang tak pernah mengerti
Terus terpaku pada sisi yang senyap dan tak berdaya

Selamat malam cinta
Entah kapan kita menemukan tawa yang selalu bersama....



(Depok, 03:32 AM, 12 September 2004)

Sunday, September 05, 2004

Anakku

Anakku, Ayahmu sedang pergi jauh
Berkuda menuju lembah
Mencari padang bertelaga
Mencari kesuburan pada tanah
Mencari tempat untuk hidup

Anakku, Ayahmu sedang dalam perjalanan jauh
Meninggalkan kelakarmu
Meninggalkan manjamu
Mengejar hati dan menuntaskan mimpi
Akan suatu hari
Akan hari-hari dengan satu kata, kebahagiaan...

Dan anakku bersabarlah menjalani hari
Aku pasti kan kembali tuk bersama lagi
Dengan menggenggam mimpi dan membawa kebahagiaan dihati
Segera!, dan kita akan menjadi keluarga yang sejati...



(Bandung, 10:33 PM, 04 September 2004)

Friday, September 03, 2004

Purnama yang membentuk sebuah tanda didasar hati
Seperti lampu suar dikejauhan
Sebagai penuntun menuju arah yang benar
Buat kita dan buat perjalanan panjang kita...



(Lembang, 09:38 PM, 02 September 2004)